Jumat, 22 Mei 2009

Malang Tempoe Doeloe mampir Lumpur Lapindo dulu (part 2)

Melalui jalan raya Porong setelah mampir Lumpur Lapindo kami disambut kemacetan yang cukup panjang, disini kendaraan yang lewat terbagi dua lajur, dari pengalaman saya cenderung ambil jalur kiri karena lebih lancar dan tidak terganggu kendaraan lain putar balik ke/dari jalur berlawanan. Sampai di sekitar jalan Ijen, tempat dimana MTD berlangsung kami kembali disambut kemacetan karena jalan Ijen ditutup selama Acara MTD berlangsung. setelah berputar-putar cukup lama untuk mencari tempat parkir, akhirnya kami menemukan tempat strategis di pinggir bundaran depan Ikan Bakar Cianjur, namun kami tidak menemukan petugas tukang liar yang pada umumnya ada pada event-event masyarakat. Kami terpaksa nyari sendiri tempat parkir yang pas yang tidak mengganggu kendaraan lain yang sudah parkir di bibir bundaran. Mobil kami akhirnya terparkir juga meskipun di baris kedua dari bibir bundaran.

Setelah memastikan mobil kami aman, kami jalan kaki berdesak-desakan dengan pengunjung MTD yang lain menyusuri Gubug-gubug dari bambu, kayu, yang didesain suasana tempoe doeloe. Gubug-gubug tersebut ada yang menjadi warung yang menyajikan menu-menu masakan tempoe doeloe, seperti nasi jagung, nasi kuning, pecel, krawu, sate, gule (makan berdua dan minum sekitar Rp.23.000 di tenda no.315). Ada juga yang menjual jajanan rp.1000,-an seperti es gandoel, gulali, permen lolipop tempoe doeloe (saya nyoba beli gulali yang dililitkan pada batang bambu kecil namun baru beberapa kali "emut" gulalinya ngleleh jatuh ke tanah, susah ngemutnya, kalau digigit jadinya molor) . Ada yang menjual mainan dari tanah liat beraneka bentuk, saya beli odong-odong dari kertas semen dan peluit dari tanah liat berbentuk burung kecil @Rp.2000,-. Ada juga beberapa galeri yang menjual baju batik, lukisan, hiasan dinding dari batik. Di sekitar Monumen Tank ada panggung pentas "Ketoprak" yang background panggungnya ada tulisan kecil "Malang Kucecwara". Ada juga miniatur sawah lengkap dengan tanah berlumpur, bibit padi, bajak, cangkul, galengan sawah, gubug kecil, plus background gambar panorama sawah dari digital printing yang super lebar yang ada label kecil "TELKOM" (banyak muda mudi dengan dandanan jadul berfoto-foto berlagak petani beneran).

Setelah puas berkeliling menyusuri tenda-tenda jadul dan juga sudah bosan dengan keramaian MTD yang membuat kami terpaksa hanya melihat punggung dan kepala pengunjung lain yang saling berdesakan, kami berniat balik ke mobil. Dalam perjalanan menuju parkiran, mutyah(temen saya) ternyata janjian ketemuan sama cowok kenalan barunya yang bernama Arif udah gawe jadi jaksa utama di sebuah kabupaten di Lampung, obrolan mereka dilanjutkan sambil berjalan menuju parkiran, kebetulan kami parkir berdekatan dengan Arif. Saya sendiri sempat kenalan dan ngobrol-ngobrol sedikit dengan arif. Hampir sampai di parkiran, ada penjual bando yang ada tanduknya warna putih bisa nyala Rp.10.000,-, saya pun membelinya satu karena tunangan saya minta dibelikan.
Sampai di mobil, kamipun saling berpamitan dengan arif. Anehnya saat kami mau pergi, tiba-tiba ada tukang parkir liar minta ongkos parkir Rp.2000,-.
Di dalam mobil saya bersyukur meskipun tadi kami sangat berdesak-desakan sepanjang perjalanan menyusuri MTD tapi tidak ada dari kami yang kehilangan barang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar